Cinta yang harus menunggu


By Emen Rizal           Hari masih belum bisa mengatupkan mulutnya karena keajaiban  yang ada di depannya. Seorang cewek berwajah melayu juga tidak kalah bingung menghadapi cowok yang dari tadi tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. “Mas, niat daftar nggak sih? Kalau nggak, lebih baik pergi saja. Kasihan yang lain. Antri tuh.” ujar cewek tersebut tak sabar. … Lanjutkan membaca Cinta yang harus menunggu

Rui… Pos Sebelas : Danau Taman Cinta


Pos Sebelas Danau Taman Cinta   Suara kicau burung bersahut-sahutan menyambut datangnya hari baru. Mereka dengan riang bercanda dan beterbangan kesana kemari untuk menghibur isi hutan yang diam membisu. Mereka laksana penyanyi yang menyanyikan lagu kehidupan bagi alam sekitarnya. Suatu keindahan yang mempunyai ritme indah. Di tengah tengah nyanyian burung-burung, berdesir angin gunung, membawa kabut-kabut … Lanjutkan membaca Rui… Pos Sebelas : Danau Taman Cinta

Rui….Pos Sepuluh :Turunan Hipertensi


Pos Sepuluh Turunan Hipertensi   Aku membantu Runi memasak nasi instans. Kami hanya berdua di Rawa Embik. Jeff dan Listy belum turun. Mereka katanya mau mendaki puncak Argopuro, di sisi kanan Rennganis. Argopura mempunyai dua puncak. Puncak Rengganis, dan puncak Argopuro sendiri. Puncak Rengganis konon adalah lokasi dimana Ratu Rengganis muksa, hilang tanpa siapapun tahu. … Lanjutkan membaca Rui….Pos Sepuluh :Turunan Hipertensi

Rui…Pos Sembilan : Puncak itu (selalu) indah


Pos Sembilan Puncak itu (selalu) indah     Aku masuk tenda. Kulihat Runi tergolek tak berdaya. Dia menderita demam. Aku sedih melihatnya. Tapi aku harus mengakhir konflik malam ini juga. Sementara ini Runi aman karena Listy berada di sampingnya, menjaganya kalau-kalau Runi butuh apa-apa. Yang jelas, obat penurun panas dan obat-obat yang lainnya sudah diberikan … Lanjutkan membaca Rui…Pos Sembilan : Puncak itu (selalu) indah

Rui…Pos Delapan:Pertunjukan Hati


Pos Delapan Pertunjukan Hati   “Jeff, ngapain kamu nggak nemenin Runi?” tanyaku penasaran. Pertanyaan ini sudah ingin kutanyakan sejak lama. Sejak dari Mata Air Dua. Namun baru bisa kutanyakan sekarang. Saat istirahat di depan shelter Cisentor. Jeff kelihatan terkejut tapi buru-buru mengubah ekpresinya seolah tak mendengar apa-apa. Dia melirikku sebentar kemudian kembali memandang lurus ke … Lanjutkan membaca Rui…Pos Delapan:Pertunjukan Hati

Rui…Post Tujuh:Cikasur, landasan penuh keindahan


Pos Tujuh Cikasur, landasan penuh keindahan   Aku menyeruput kopi instan yang dibuatkan Rui. Manis seperti yang membuatnya, hangat seperti saat bersamanya, namun pahit saat jauh bersamanya. Aku memandang langit hitam diatasku. Hitam penuh bintang yang seolah ditaburkan untuk memberi warna sehingga langit tidak hambar oleh satu warna. Aku menyingkirkan piring bekas makanku ke pinggir … Lanjutkan membaca Rui…Post Tujuh:Cikasur, landasan penuh keindahan

Rui…Pos Empat: Rawon “pengorbanan”


Pos Empat Rawon “pengorbanan”     Dua Bulan kemudian... “Joe....mau pisang?” Runi menyodorkan piring berisi pisang ambon  yang sudah terkelupas mulus kepadaku. Aku menggeleng pelan sambil tersenyum seadanya. Sejak Runi tahu aku sobat Jeff, dia terkejut. Ada sedikit perasaan bersalah di matanya. Namun aku berusaha cuek. Menganggap tidak mengenalnya dan baru saja kenal setelah dikenalkan … Lanjutkan membaca Rui…Pos Empat: Rawon “pengorbanan”

Rui…Pos Tiga: Opsi kedua modifikasi dua


Pos Tiga Opsi kedua modifikasi dua Akhirnya aku bisa mengenalnya. Aku cukup puas. Itu sudah lebih dari cukup. Namun apa sih definisi cukup buat manusia. Manusia tidak mengenal kata cukup. Hanya lebih atau kurang. Just it. Dan aku mulai bergerak. Aku mulai berusaha lebih dekat dengannya. Berusaha untuk lebih sering ketemu dengannya dengan berbagai alasan. … Lanjutkan membaca Rui…Pos Tiga: Opsi kedua modifikasi dua